Halaman

Sabtu, 17 Januari 2009

Krisis Global

KRISIS keuangan global tampaknya akan meningkatkan gangguan kesehatan mental dan bahkan bunuh diri, sementara orang berjuang menghadapi kemiskinan dan pengangguran, demikian peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).



Ratusan juta orang di seluruh dunia sudah terkena pengaruh gangguan mental seperti depresi dan gangguan dua kutub dan kemerosotan pasar saat ini dapat menambah parah rasa kecewa di kalangan orang yang rentan terhadap penyakit semacam itu.

WHO juga menyebutkan, dampaknya dapat terlihat pada orang-orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan akses perawatan yang terbatas.
"Kita tak perlu terkejut atau memandang rendah guncangan itu dan konsekuensi yang mungkin muncul akibat krisis keuangan saat ini. Sebagaimana kita saksikan jurang pemisah menganga lebar dalam perawatan orang yang sangat membutuhkan," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan pada pertemuan para ahli kesehatan mental.

Kemiskinan dan tekanan yang berkaitan dengannya termasuk kekerasan, pengucilan sosial, dan "ketidakamanan terus-menerus" berkaitan dengan kemunculan gangguan mental, katanya. "Tak perlu terkejut bahwa kita terus menyaksikan gangguan, bunuh diri, dan tekanan lebih jauh," kata Chan.

Chan mencela "betapa besar kurangnya perawatan" bagi sebagian pasien kesehatan mental, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah, tempat tinggal dua dari empat penderita. Pemerintah harus menjadikan kesehatan mental sebagai bagian penting dari perawatan kesehatan primer, katanya.

Benedetto Saraceno, Direktur Departemen Penyelewengan Bahan Kimia dan Kesehatan Mental WHO, mengatakan gangguan kesehatan mental mempengaruhi satu dari empat orang pada satu titik kehidupan mereka.

Gangguan syaraf dan mental seringkali bersifat kronis dan melumpuhkan, katanya. Hampir satu juta orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia setiap tahun, banyak di antara mereka pemuda dewasa.

Ketika ditanya mengenai krisis keuangan, Saraceno mengatakan, "Kemiskinan dapat menjadi akibat dari kejadian semamcam itu, utang, kekecewaan dan kehilangan kendali yang mungkin mencapai klas bawah dan menengah. Bahkan orang miskin dapat terpengaruh oleh krisis ini."

"Ada bukti jelas bahwa bunuh diri berhubungan dengan bencana keuangan. Saya bukan berbicara mengenai jutawan yang melompat dari jendela tapi tentang orang miskin," katanya.

Krisis global diperkirakan dapat memengaruhi "kestabilan masyarakat dan keluarga", kata Saraceno. WHO meluncurkan satu program pada pekan kedua Oktober, acara tahunan Hari Kesehatan Mental Dunia, yang ditujukan untuk meningkatkan dana dan layanan bagi penderita penyakit mental selama enam tahun ke depan.

Lebih dari 75 persen orang yang menderita gangguan mental di dunia tak mendapat perawatan atau pengobatan, dan banyak orang ternoda dan terabaikan dan jadi korban pelecehan, kata badan dunia itu.

Secara global, WHO menyatakan kebanyakan negara mengeluarkan kurang dari 2 persen dari anggaran kesehatan nasional mereka untuk kesehatan mental.

"Saya yakin bahwa sekalipun di negara berpenghasilan menengah yang terkena krisis ekonomi, itu berarti kekurangan uang dan akses ke perawatan," kata Saraceno.